Monday, June 17, 2013

pelajaran hari ini

Dalam hidup kita akan selalu dihadapi dengan ujian
Bentuk ujian dari Allah swt itu ada empat; yang pertama ujian dalam bentuk ketakutan, ujian dalam bentuk kelaparan, ujian dalam bentuk harta benda dan terakhir ujian dalam bentuk jiwa dan raga.

Nah, ujian itu bisa dianalogikan dengan olahraga angkat barbel. Hasilnya akan ada dua; bisa membuat otot kita semakin kuat, atau malah membuat kita cedera. Dan hasil yang kita dapat itu bergantung pada pilihan kita sendiri. Terkadang ada orang yang terus-terusan dikasih ujian yang sama tapi tidak pernah bisa belajar, yang ada malah semakin menjauh dari Allah swt., tapi ada juga orang yang setelah dikasih ujian, dia belajar, berusaha memperbaiki diri, dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

"Jika hambaKu mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil".
(penggalan hadits Bukhari)

Semoga kita termasuk yang bisa terus belajar memperbaiki diri ya. Amin.
:')

Saturday, June 15, 2013

ayahku (bukan) pembohong

Sudah hampir sebulan sejak saya pertama mulai membaca buku ini, tapi baru beberapa jam yang lalu saya akhirnya selesai membaca buku yang hanya 299 halaman itu. Iya, itu kebiasaan jelek kalau sudah di sini, malas membaca, padahal kalau lagi pulang ke rumah bisa jadi sampai baca belasan (atau bahkan lebih) buku dalam sebulan. Rasanya selalu ada saja hal-hal yang lebih menyita perhatian saya. *alasan*              

Buku ini bercerita tentang sebuah keluarga (ayah, ibu dan seorang anak laki-laki bernama Dam) yang sangat sederhana. Mereka memang tidak kaya, tapi berkecukupan. Sang ayah hanya lah seorang pegawai negeri golongan rendah yang "mengaku" lulusan sebuah universitas hebat di Eropa, sementara sang ibu juga ibu rumah tangga pada umumnya namun mempunyai fisik yang lemah. Meski pun sang ayah hanyalah PNS biasa namun semua orang sangat menghormatinya. Ia sangat jujur dan dermawan.  Bagian awal buku ini banyak menceritakan dongeng, cerita "khayalan" tentang sang kapten, apel emas, lembah bakhara, sampai toki si kelinci nakal. Dongeng-dongeng itu merupakan cerita petualangan sang ayah saat masih muda. Dam kecil sangat mempercayai cerita-cerita ayahnya. Namun ketika ia mulai beranjak dewasa, ia tersadar akan kejanggalan-kejanggalan dalam cerita-cerita ayahnya itu. Terkadang saya sendiri suka sebal membaca cerita-cerita ayahnya yang diceritakam seolah-olah semuanya nyata, padahal banyak sekali yang tidak masuk akal. Ternyata memang saya saja yang tidak punya hati yang lapang, yang didahulukan selalu suudzonnya. :')

Iya, itu lah hikmah dari buku ini. Hikmah yang baru saya dapatkan di bagian terakhir dari buku ini. Hanya perlu sekitar 3 bab untuk menyimpulkan 27 bab sebelumnya. Tere Liye memang hebat. Bab-bab terakhir benar-benar memainkan perasaan saya; dari mulai senyum-senyum sendiri sampai nangis sesegukan. Iya, Tere Liye memang hebat. Bagaimana mungkin buku yang menceritakan dongeng seorang ayah mampu menarik hikmah yang begitu besar. Hikmah mengenai arti kebahagiaan yang sebenarnya. Mengenai hati yang lapang, mengenai hidup dalam kesederhanaan. Tere Liye memang hebat. Sudah berapa kali coba saya mengatakan hal itu? Tapi memang Tere Liye hebat! Dari pertama kali baca buku karangan Tere Liye ketika masih kelas satu SMA, he has always been my favorite writer!

Ayo penasaran kan..hehe, sungguh saya saja tidak pernah menyangka akhirannya akan sebagus ini. I'm still lost in my own words as i'm writing this now (hehe, mungkin tidak ada bedanya sih, my writings are always unreadable, sorry ._. )
I know how annoying spoilers can be, so this is why i'm not blabbering it all out and giving you a chance to (hopefully) experince it yourself. Selamat membaca :)

Wednesday, June 12, 2013

scones

Today i felt like baking; didn't want to make anything complicated so i decided to make scones! :)

I didn't really feel like making sweet scones, so i decided to reduce the amount of sugar..the recipe was really simple. All you need is :

all purpose flour (200gr)
baking powder (2 teaspoon)
sugar (1 tablespoon)
butter (50gr)
milk-- i used soy milk (100cc)

First, in a bowl mix the flour, sugar and baking powder. Cut up the butter into small cubes, then put them in the bowl too.
With you hand, mix the butter with the dry ingredients until it forms many small lumps (looks kinda like very big granulated sugar). Pour in the milk little by little until the dough can be formed into a ball.
Wrap the dough with plastic and put in the fridge for one hour.
After an hour, take the dough out and make a large circle (as big as a small pizza). Cut the circle into 8 equal slices.
Preheat the oven at 190 degrees Celsius. (wait 10 minutes)
On a baking sheet, place the slices and bake them in the oven at 190 degrees for 20 minutes.

After it is baked you can fill in the scones with whatever you like, or you can just eat it as it is.

I filled mine with blueberry jam and cream cheese. Hope you can try this at home! :)

Tuesday, June 11, 2013

the story behind May 5th, 2013

I know this is a really late post, but i just wanted to share some of the pictures i took on our trip to Showakinen Koen (Park). I really do like taking pictures, but publishing them isn't one of my favourite things to do, hehe, thats why i decided to post them here. :)

 
                                             
welcome to Showashinen Koen! 



i just love interactions between fathers and their child! :3
too bad this picture was blurry


yes, we just had to take this kind of picture! :p

UNO forever!! haha

Kidu & Edhika

Picture taken by Kidu!

Nisa & Kiki

Dika & Indrawan, these two so called tough guys! :p

Lil' Mibo and Anak TK came along too~

pretending to be shy is the next big thing! 

failed attempt! photographer's fault ._.

Edhika and her Mickey Mouse smile :)







now this is how a professional photographer works! Akira and his precious camera :)


my favourite candid shots! 

yes, this is her favourite pose..

..and this is their's :p

the team ! minus Uki who took the picture and Jacky who was already up front

and this is just the perfect way to end such a fun day! :)


when you love what you do, you'll never work a day in your life

it's just my brother, doing what he loves to do. 

Wednesday, June 5, 2013

sesuai porsinya

Segala sesuatu harus sesuai porsinya.
Iya, segalanya. Baik itu perasaan yang sedih maupun senang sekalipun, perasaan itu akan terasa "benar" jika memang sesuai dengan porsinya.
Roda kehidupan akan selalu berputar, selalu. Terkadang kita ada di atas, merasakan nikmatnya hidup, atau mungkin tengah diuji ketika menghadapi "kenyataan" pahit kehidupan saat kita berada di bawah. Saat kita terlampau senang, Allah swt. akan selalu menyentil kita, mengingatkan kita agar tak lupa melihat ke bawah. Dan saat kita lagi sedih, atau kesusahan, Allah swt. pun tak pernah lupa memberikan "hadiah-hadiah" tak terduga yang tentunya can light up anyone's day.

Namun, siapa bilang mengendalikan perasaan agar sesuai dengan porsinya itu mudah? Mengendalikan perasaan agar tidak melampaui batas, memangnya bisa? Perasaan kecewa, senang, sedih, berharap, takut, memangnya bisa ya mengendalikannya?
Ingin rasanya menjawab "tidak bisa", tapi sudah pasti bisa, bukan? But no one said it was gonna be easy. Not at all. Saat kita marah, apa sih yang bisa meredamkan amarah tersebut agar tidak meledak-ledak? Ketika sedih, what would be the best way to mend a broken heart? And when we're afraid, how can we remind ourself that there really is still hope? Dan apa yang membuat kita mudah melakukan itu? Mungkin jika saya ditanyai hal tersebut saya akan menjawab, "pasrah sama Yang Maha Pengendali". Tentunya setelah berusaha, berikhtiar; setelah dirasa usaha itu sudah cukup, maka yang terakhir memang hanya berpasrah, berdoa kepada Yang Mengetahui Segalanya.
Saya ingat pernah membicarakan hal ini dengan seseorang yang tidak percaya akan adanya campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita, menurut orang tersebut apa yang terjadi dalam hidup kita hanya bergantung pada seberapa besar usaha kita, 「頑張ればできる。」(re: jika kita berusaha kita pasti bisa). Kemudian saya mengatakan 「でも、頑張ればできないの時もあるよ。」 (re: tetapi akan ada juga saat-saat ketika kita sudah berusaha tapi tidak mendapatkan hasil yang kita inginkan). Nah, konsep itulah yang teman saya susah terima. Kenapa? Karena dia tidak bisa menerima kalau ada saat-saat dalam hidup ketika apa yang kita inginkan mungkin bukan apa yang kita butuhkan, dan Tuhan telah menyiapkan jawaban yang lebih baik. Namun tetap saja teman saya yakin apa yang menurutnya terbaik buat dirinya pastilah memang yang terbaik, karena yang paling mengetahui apa yang ia inginkan hanya dirinya sendiri. Tentu saya tidak memaksakan kehendak dan mengakhiri pembicaraan tersebut dengan obrolan lain yang lebih ringan. Ya, meskipun demikian saya memang senang pembicaraan "dalam" semacam ini, it gives me so much prespective.
But now it's time i ask myself, "Apa iya usaha selama ini cukup? Apa iya telah sesuai porsinya, Dhilla?"

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.

--Tere Liye, novel 'Daun yang jatuh tak pernah membenci angin'



Sudah lama sekali rasanya posting-an ini hanya bertengger di draft, dan mungkin sudah saatnya saya publish untuk mengingatkan diri saya sendiri. Maaf bagi yang ikut membaca dan merasa waktunya terbuang percuma, gomenasaaaiii~ :)
Good night!