Saturday, June 15, 2013

ayahku (bukan) pembohong

Sudah hampir sebulan sejak saya pertama mulai membaca buku ini, tapi baru beberapa jam yang lalu saya akhirnya selesai membaca buku yang hanya 299 halaman itu. Iya, itu kebiasaan jelek kalau sudah di sini, malas membaca, padahal kalau lagi pulang ke rumah bisa jadi sampai baca belasan (atau bahkan lebih) buku dalam sebulan. Rasanya selalu ada saja hal-hal yang lebih menyita perhatian saya. *alasan*              

Buku ini bercerita tentang sebuah keluarga (ayah, ibu dan seorang anak laki-laki bernama Dam) yang sangat sederhana. Mereka memang tidak kaya, tapi berkecukupan. Sang ayah hanya lah seorang pegawai negeri golongan rendah yang "mengaku" lulusan sebuah universitas hebat di Eropa, sementara sang ibu juga ibu rumah tangga pada umumnya namun mempunyai fisik yang lemah. Meski pun sang ayah hanyalah PNS biasa namun semua orang sangat menghormatinya. Ia sangat jujur dan dermawan.  Bagian awal buku ini banyak menceritakan dongeng, cerita "khayalan" tentang sang kapten, apel emas, lembah bakhara, sampai toki si kelinci nakal. Dongeng-dongeng itu merupakan cerita petualangan sang ayah saat masih muda. Dam kecil sangat mempercayai cerita-cerita ayahnya. Namun ketika ia mulai beranjak dewasa, ia tersadar akan kejanggalan-kejanggalan dalam cerita-cerita ayahnya itu. Terkadang saya sendiri suka sebal membaca cerita-cerita ayahnya yang diceritakam seolah-olah semuanya nyata, padahal banyak sekali yang tidak masuk akal. Ternyata memang saya saja yang tidak punya hati yang lapang, yang didahulukan selalu suudzonnya. :')

Iya, itu lah hikmah dari buku ini. Hikmah yang baru saya dapatkan di bagian terakhir dari buku ini. Hanya perlu sekitar 3 bab untuk menyimpulkan 27 bab sebelumnya. Tere Liye memang hebat. Bab-bab terakhir benar-benar memainkan perasaan saya; dari mulai senyum-senyum sendiri sampai nangis sesegukan. Iya, Tere Liye memang hebat. Bagaimana mungkin buku yang menceritakan dongeng seorang ayah mampu menarik hikmah yang begitu besar. Hikmah mengenai arti kebahagiaan yang sebenarnya. Mengenai hati yang lapang, mengenai hidup dalam kesederhanaan. Tere Liye memang hebat. Sudah berapa kali coba saya mengatakan hal itu? Tapi memang Tere Liye hebat! Dari pertama kali baca buku karangan Tere Liye ketika masih kelas satu SMA, he has always been my favorite writer!

Ayo penasaran kan..hehe, sungguh saya saja tidak pernah menyangka akhirannya akan sebagus ini. I'm still lost in my own words as i'm writing this now (hehe, mungkin tidak ada bedanya sih, my writings are always unreadable, sorry ._. )
I know how annoying spoilers can be, so this is why i'm not blabbering it all out and giving you a chance to (hopefully) experince it yourself. Selamat membaca :)

No comments:

Post a Comment